Hutang
Bismillah.
Allahumma yassir wa a’in.
Dalam rubrik “Tanya-Jawab” di situs www.KonsultasiSyariah.com, kami sering kali mendapatkan keluhan tentang utang. Tak jarang, ada yang menceritakan wasiat dukun dalam keluhannya. Ada yang pakai jurus pesugihan “Al-Fatihah”, ada yang pakai wirid-wirid bikinan Pak Kiai. Beraneka ragam cara orang untuk mendapatkan uang dengan instan dalam posisi kepepet.
Pembaca yang budiman, mungkin ini telah menjadi ciri khas manusia. Di saat kepepet, aturan syariat menjadi nomor sekian. Meskipun harus mengorbankan iman, segalanya siap untuk diterjang. Yang penting, masalah bisa cepat hilang. Sungguh, potret para pecundang, yang sangat minim rasa sabarnya ketika menerima ujian dari Allah.
Menyoal prinsip instan untuk lepas dari masalah dengan mengorbankan akidah, yang marak dilakukan masyarakat, saya teringat penjelasan ulama tentang perbedaan pelaku syirik di masa jahiliah dengan pelaku syirik masa kini. Di antara perbedaan yang mereka sebutkan: orang musyrikin masa silam hanya melakukan kesyirikan ketika dalam kondisi lapang. Sementara, dalam kondisi terjepit dan kepepet, mereka tidak berbuat syirik. Dalilnya adalah firman Allah,
فَإِذَا رَكِبُوا فِي الْفُلْكِ دَعَوُا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ فَلَمَّا نَجَّاهُمْ إِلَى الْبَرِّ إِذَا هُمْ يُشْرِكُونَ
“Apabila mereka (orang musyrikin) naik perahu (dan mereka diombang-ambing oleh ombak), mereka berdoa kepada Allah dengan mengikhlaskan ibadah hanya kepada-Nya. Namun, tatkala Allah selamatkan mereka ke daratan, ternyata, mereka kembali berbuat syirik.” (Q.S. Al-Ankabut:65)
Contoh ayat lain yang semisal dengan ayat di atas adalah firman Allah di surat Luqman, ayat 32.
Kebalikan dari kondisi tersebut adalah keadaan masyarakat di zaman ini. Mereka tega untuk menjual iman dalam semua keadaan. Terutama, ketika lagi kepepet dan butuh pemecahan masalah yang cepat. Karena itu, rata-rata, pasien klinik perdukunan adalah orang yang lagi kepepet.
Kita sepakat bahwa utang adalah masalah, rajin berutang adalah penyakit. Lebih-lebih, ketika banyak lembaga keuangan konvensional yang membuka lebar-lebar pintu untuk berhutang. Penyebaran kartu kredit, yang begitu marak, telah menjadi media paling ampuh dalam penyebaran “virus utang”. Mari kita simak beberapa hadis berikut. Semoga ini bisa membuat kita semakin “merinding” untuk berutang.
Pertama: Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
نَفْسُ المُؤْمِن مُعَلَّقَةٌ بِدَينِهِ حَتَّى يُقضَى عَنهُ
“Jiwa seorang mukmin tergantung karena utangnya, sampai (utang itu) dilunasi.” (H.R. Turmudzi, Ibnu Majah, dan Ahmad; dinilai sahih oleh Al-Albani dalam Shahih Jami’ Ash-Shaghir, no. 6779)
Kedua: Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam senantiasa memohon perlindungan agar tidak terlilit utang. Di antara doa beliau,
اللَّهُمَّ إِنّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْمَأثَمِ وَالـمَـغْــرَمِ
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari perbuatan dosa dan lilitan utang.”
Seorang sahabat bertanya, “Mengapa Anda, wahai Rasulullah, sering memohon perlindungan dari lilitan utang (dengan membaca doa di atas)?”
Beliau menjawab,
إن الرجل إذا غرم حدث فكذب ووعد فأخلف
“Sesungguhnya, apabila seseorang terlilit utang, jika dia berbicara maka dia berdusta dan jika dia berjanji maka dia ingkari.” (H.R. Bukhari, no. 798)
Ketiga: Dosa orang yang mati syahid akan diampuni oleh Allah, kecuali utang.
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, bahwa ada seseorang yang bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Jika aku gugur di jalan Allah, apakah dosa-dosaku terhapus?”
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,
نَعَم، وَأَنْتَ صَابِرٌ مُـحْتَسِبٌ مُقْبِلٌ غَيْرُ مُدْبِرٍ إِلَّا الدَّيْنَ فَإِنَّ جِبْرِيلَ عَلَيهِ السَّلَامُ قَالَ لِي ذَلِكَ
“Ya, jika kamu bersabar, mengharap pahala dari Allah, tetap maju, dan tidak melarikan diri. Kecuali, utang. Begitulah Malaikat Jibril menyampaikan kepadaku.” (H.R. Muslim, no. 1885)
Keempat: Utang menjadi penghalang untuk masuk surga.
Dari Muhammad bin Jahsy radhiallahu ‘anhu, “Suatu ketika, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menengadah ke langit, kemudian beliau bersabda,
سبحان الله ماذا نزل من التشديد
‘Subhanallah, betapa berat ancaman yang diturunkan ….‘
Kemudian, keesokan harinya, hal itu saya tanyakan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Wahai Rasulullah, ancaman berat apakah yang diturunkan?’
Beliau menjawab,
والذي نفسي بيده ، لو أن رجلا قُتِلَ في سبيل الله، ثم أُحْييَ ، ثم قُتِلَ ، ثم أُحْييَ، ثم قُتِلَ وعليه دَيْنٌ ، ما دخل الجنة حتى يُقضَى عنه دَينُه
‘Demi Allah, yang jiwaku berada di tangan-Nya. Seandainya ada seseorang yang terbunuh di jalan Allah, lalu dia dihidupkan kembali, kemudian terbunuh lagi (di jalan Allah), lalu dia dihidupkan kembali, kemudian terbunuh lagi (di jalan Allah), sementara dia masih memiliki utang, dia tidak masuk surga sampai utangnya dilunasi.`” (H.R. An-Nasa’i dan Ahmad; dinilai hasan oleh Al-Albani)
Kelima: Utang menjadi beban bagi jiwa.
Dari Uqbah bin Amir radhiallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ تُخِيفُوا أَنْفُسَكُم بَعْدَ أَمْنِهَا. قَالُوا: وَمَا ذَاكَ يَا رَسُولَ الله؟ قَالَ: الدَّيْنَ
“Janganlah kalian menakut-nakuti diri kalian setelah mendapatkan keamanan.” Para sahabat bertanya, “Apa itu, wahai Rasulullah?” Beliau bersabda, “Utang.” (H.R. Ahmad; dinilai hasan oleh Al-Albani)
Solusi untuk bebas dari utang
Kita yakin, semua orang mengidam-idamkan hal ini: hidup bebas tanpa beban utang. Lalu, bagaimana jika sudah terlibat utang?
1. Yakini bahwa semua ini adalah ujian dari Allah. Anda harus berusaha sabar, karena Allah tidak akan memberikan ujian di luar kemampuan manusia.
2. Jangan sampai terbetik, dalam diri kita, sikap su’uzhzhan (buruk sangka) kepada Allah, semacam anggapan bahwa Allah sudah tidak lagi sayang kepada Anda. Lebih-lebih, muncul anggapan, “Allah tidak adil.” Karena itu, jaga hati baik-baik.
3. Hindari semua tindakan yang justru akan memperparah keadaan Anda, seperti: pergi ke dukun, mencari pesugihan, tirakat, mengamalkan wirid-wirid tanpa dalil, dan solusi instan lainnya. Pilihan ini tidak akan menjadikan Anda lebih baik. Karena itu, hindari sejauh-jauhnya.
4. Hadapi ujian ini dengan berani, jangan melarikan diri, lebih-lebih bunuh diri. Semua ini akan menyusahkan keluarga Anda. Ingat, hukuman akhirat jauh lebih berat! Mengambil solusi ini justru menjerumuskan Anda ke dalam ancaman hadis berikut,
من أخذ أموال الناس يريد أداءها أدى الله عنه ومن أخذ يريد إتلافها أتلفه الله عليه
“Siapa saja yang meminjam harta orang lain dengan niat mengembalikannya, niscaya Allah akan melunasi utangnya. Siapa yang meminjam harta orang lain untuk memusnahkannya (dia habiskan) maka Allah akan memusnahkannya.” (H.R. Bukhari)
5. Perbanyak memohon ampun kepada Allah. Bisa jadi, Allah menimpakan utang ini kepada kita disebabkan perbutan dosa yang banyak kita lakukan.
6. Bertekadlah untuk melunasi utang tersebut. Allah memberikan janji untuk melunasi utang orang yang bertekad menunaikannya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,
ما من أحد يدان دينا يعلم الله أنه يريد قضاءه إلا أداه الله عنه في الدنيا
“Tidaklah ada orang yang berutang, dan Allah mengetahui bahwa ia berniat melunasi utangnya, melainkan Allah akan melunasinya di dunia.” (H.R. An-Nasa’i dan Ibnu Majah; dinilai sahih oleh Al-Albani)
7. Selanjutnya, gunakan sarana yang mubah untuk mendapatkan uang, yang anda bisa lakukan. Semoga Allah memberkahi usaha Anda. Amin.
***
Penulis: Ust. Ammi Nur Baits
Artikel www.PengusahaMuslim.com